Tuesday, March 31, 2009

Cerita tentang orang-orang yang mencurigakan.

Selasa/ 31 Maret 2009 pk. Antara 18:00 – 19:30
Hari terakhir di bulan Maret.

Kemarin sore aku pulang dari kantor seperti biasa, aku selalu keluar jam setengah enam. Tapi tiba-tiba ada kerjaan lagi dari si org Jepang untuk menghubungi suatu lembaga. Jadilah aku keluar jam 6 kurang dikit. Di jalan macetnya minta ampun, ujan deras yg mengguyur sebelumnya, belum lagi ada kampanye partai baru, tp massanya uda banyak kayaknya duitnya banyak banget yak? Dapat uang dari mana si? Ckckckc..Semoga tuh partai jangan ampe menang deh….
Beginilah resiko kantor di depan Pintu I Gelora Bung Karno, selalu menjadi tempat berkumpulnya orang2 ga jelas. Acara bola lah, kampanye lah, konser lah…auk dahh…
Anyway, akhirnya sampailah aku di halte. Bisku kok suwi yoo…pasti gara2 dipake neh buat kendaraan kampanye. Huff…
Aku duduk terus, menanti kapan bis ku akan muncul. Karena ga ada kerjaan aku merhatiin orang2 di sekelilingku. Terus tiba2 ada seorang laki2 gt, uda ga muda si, tp juga ga tua2 amat, apaan ya namanya, ya pokoknya cowok gt deh…masak ya, dia merhatiin aku banget, ga ngerti maksudnya apaan, uda gt jarak aku duduk sama dia berdiri itu cuma sekian senti kali…dia terus merhatiin aku. Aku cuek aja, tapi juga takut, mikirnya kenapa dari segitu banyak manusia yg ngguin bis dia cuma ngeliat aku doang…huhu…God I am very afraid.
Pokoknya aku berdoa terus dalam hati. Semoga pria gila ini ga bermaksud apa2 terhadapku, semoganya bis ku cepat datang.
Terus tiba2 ada bis laen datang. Bis itu brenti agak lama, tiba2 si pria ini naek. Aku langsung berpikir makin aneh aja nih orang. Kalo emang bis nya dia emang bis yg berhenti itu, pasti dia uda lgsg nyetop trus buru2 naek deh. Aku liat dari jauh, dia masuk ke bis itu celingak-celinguk ga jelas gt, terus dia duduk di samping seorang wanita. Dalam hati berdoa Semoga dia ga melakukan yg aneh2. aku pun lega si pria gila itu uda kabuuuurrr……
Aku masih saja menunggu bis ku yg tak kunjung datang, lalu aku melihat seorang wanita yg sering aku liat jika berangkat ke kantor, pasti dia juga sedang menunggu bis yang sama denganku. Aku pun agak lega karena ada cewek yg sejurusan denganku. Tapi tiba2 keanehan terjadi lagi.
Tiba2 pria gila itu aku liat kembali, dan dia melihat ke arahku. Oh My God…………..
Aku pikir si gila ini uda pergi bersama bis td, kenapa dia muncul lagi? Dari situ aku lgsg berpikir nih orang emang ga beres nih. Dia senyum2 ga jelas gt ke arahku, aku lgsg mikir pasti dia senyum2 gara2 dari tadi aku masih saja menunggu bis ku yg tak kunjung datang. Aku takut, tapi banyak orang2 yg juga sedang menunggu bis seperti aku. Jadi pikirku mana mungkin dia berbuat macam2, banyak orang2 di tempat aku menunggu bis. Tapi ternyata dia akhirnya berjalan terus semakin menjauhi tempat aku berada, aku semakin gelisah karena bisku tak datang2. tak lama muncullah bis yg sebenarnya bukan aku tunggu2, karena jika naik bis ini aku masih jalan agak lumayan untuk sampai di rumah. Tapi masa bodo lah, yg ptg aku segera menghilang dari tempat ini. Si Mbak yg td menunggu bis bersamaku ternyata juga naek bis ini. Kayaknya kita emang ga punya pilihan laen. Lega juga akhirnya dapat bis, aku duduk di sudut dekat jendela. Masih memikirkan pria gila itu. Sepertinya dia ya aku anggap aja orang yg agak kurang waras (membesarkan hati sendiri).
Aku melihat keanehan lagi, ada seorang cowok duduk di depan bangku ku. Kenapa ya tiap kali selalu melihat ke belakangku, ntah melihat siapa aku tidak tahu. Kalo emang dia mo lihat seseorang pasti nya dia menoleh agak lama ke belakang. Tapi ini enggak. Aneh. Makin lama intensitas dia menoleh2 ke belakang makin sering, tapi cuma 1-2 detik gt. Terus ntar menoleh lagi. Gila ya bo’. Sayangnya aku ga bawa kalkulator untuk ngitung uda berapa kali ni org liat2 ke belakang (lebay mode on). Mungkin tuh orang punya penyakit suka menoleh ke belakang ga jls gt deh….auk deh ga ngurusin.
Akhirnya aku nyampe rumah juga. Setelah hampir 2 jam berada di jalanan yg ga jelas itu. Masuk kamar, idupin lampu, liat jam setengah delapan lewat. Buset biasanya jam setengah tujuh uda di rumah. Huff…Terus ga nyadar liat ternit, kayaknya kena rembesan ujan gt. Apes..apes…
Kemarin memang melelahkan. Belum lagi melihat orang2 aneh itu.
Kino wa taihen da. Semoga aku selalu dilindungi Tuhan.

Aku meminta, TUHAN menjawab

diambil dari: http://public.kompasiana.com/2009/03/31/aku-meminta-tuhan-menjawab-edisi-lanjutan-you-are-not-my-doctor-anymore-but/


Aku meminta, TUHAN menjawab ( edisi lanjutan You are not my doctor anymore, but…)
Oleh Dr. Anugra Martyanto

Lima hari kepulangan kerumah barunya Surga Tuhan, Pasienku sekaligus anakku, seorang gadis cilik 12 tahun Astrid Gracia karena sakitnya, masih meninggalkan sejuta kenangan, ya…kamar 9 ruang cempaka kamar yg setiap pagi kudatangi untuk melihat kondisi sakitnya, kini telah terisi oleh pasien baru, entah mengapa aku selalu mengingat semua kenangan bersama gadis cilikku ini, walau sakit yg dideritanya sangat menyiksa fisiknya berupa kanker ganas tulang di daerah siku lengan kirinya, tapi tak pernah satupun kudengar keluhan keluar dari mulut mungilnya, yg salalu ku lihat hanya senyuman manis yg tersungging di bibir manisnya, inilah kekagumanku terbesar pada Astrid, walau kutahu betapa sakitnya tulang itu tapi dia selalu menjawab, semuanya baik dok…Astrid sudah sehat, inilah jawaban yg selalu kuterima saat kutanya, gimana sayang, keadaanmu pagi ini ?, ya…sebuah ketabahan dan keikhlasan seorang gadis cilik dalam menjalani percobaan hidup, yg bisa menerima keadaan sakitnya dari sudut pandang yg jarang dilakukan sebagian besar pasien pasienku.

Pagi ini di ruang kerjaku di rumah sakit tiba tiba datang ibunya Astrid dengan diantar susterku,
Selamat pagi dokter Anugra, sapanya dengan ramah…, Eh ibu Friska…selamat pagi juga jawabku seraya menyambut jabatan tangannya, ada yg bisa saya bantu ibu ?, itulah kata kata yg meluncur dari mulutku.
Tidak dokter, kedatangan saya pagi ini ingin mengucapkan banyak terima kasih atas semua kebaikan dokter kepada anak saya Astrid, sesaat saya terdiam sambil menarik nafas dalam utk menutupi kesedihanku, belum lagi aku berkata, ibu Friska berkata lagi, terima kasih juga karena dokter sudah membebaskan semua biaya pengobatan Astrid yg saya ketahui pagi ini saat ingin menyelesaikan semua administrasi di loket pembayaran, yg saya dapati berupa sebuah kwitansi bertuliskan, semua sudah dibayar lunas, semoga berkenan dg pelayanan kami. terima kasih, ttd administrasi.

Saat itu aku tidak bisa berkata apa apa lagi, hanya bisa melihat pemandangan mengalirnya air mata bening di sudut mata seorang ibu bernama Friska yg telah kehilangan anak yg sangat dia kasihi, dan itu dapat aku rasakan dalam bathinku.

Tiba tiba keheningan ini dikejutkan dengan seruan, dokter ini saya mau memberikan sebuah kenang kenangan berupa tulisan tangan Asrtrid sendiri, saya mohon dokter berkenan menerimanya dan menyimpanya sebagai ucapan terima kasih dari kami sekeluarga, ya…secarik kertas biru yg bertuliskan ungkapan hati Astrid selama ia dirawat dirumah sakit ini, Isinya :

“Aku meminta, TUHAN menjawab”

Aku meminta kepada Tuhan untuk menyingkirkan penderitaanku, Tuhan menjawab TIDAK, itu bukan untuk Ku singkirkan tetapi agar engkau mengalahkannya.

Aku meminta kepada Tuhan untuk menghadirkan kesabaranku, Tuhan menjawab TIDAK, kesabaran adalah hasil dari kesulitan, itu tidak Ku hadiahkan, itu dipelajari.

Aku meminta untuk memberiku kebagiaan, Tuhan menjawab TIDAK, Aku memberimu berkah, kebahagiaan adalah tergantung padamu.

Aku meminta untuk menjauhkanku dari penderitaan, Tuhan menjawab TIDAK, penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat kepada Ku.

Aku meminta untuk menumbuhkan Imanku, Tuhan menjawab TIDAK, kau harus menumbuhkan sendiri, tetapi Aku akan memangkas dan merapikannya untuk membuatmu berubah.

Aku meminta untuk memberiku segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup, Tuhan menjawab TIDAK, Aku akan memberimu HIDUP sehingga kau dapat menikmati segala hal.

Aku meminta untuk dapat membantuku mengasihi orang lain seperti Tuhan mengasihiku, Tuhan menjawab YA, akhirnya kau bisa mengerti….

Teruntuk mamaku Friska, Papaku Andreas dan Dokterku dan Ayahku dr.Anugra Martyanto.
dari Astrid Gracia, akhir Maret 2009.

Ini sebuah tulisan maha karya dari goresan tangan mungil dari pasienku sekaligus anakku, buatmu Astrid, dokter dan ayahmu ini tidak akan pernah melupakanmu, biarlah kamu hidup kekal dalam istana hatiku, karena kamu pelita mungil yg akan terus bercahaya dalam hatiku, semua tulisanmu akan ayah simpan baik baik, selamat menempati rumah barumu Astrid sayang di Surga Allah.

Thursday, March 12, 2009

hari-hari yang cukup berat

Seminggu yang lalu, seperti hari ini Bapak telah dimakamkan.
waktu itu aku melihat badan Bapak sudah sangat kaku dan keras, badannya dingin, dan jari-jarinya makin menyusut. Aku selalu berpikir sekarang di dalam kubur sana sudah seperti apakah badan Bapak? Aku tidak bisa membayangkan badan Bapak lama-kelamaan akan habis. Bapak yang demikian cepat meninggalkan kami. Tanpa pesan apa-apa.
Sampai sekarang aku merasa ini seperti mimpi. Seperti petir di siang bolong.
Bapak yang sebelumnya tidak pernah mengeluhkan jantungnya sakit. Entah kenapa Senin dini hari pukul 1:30, tiba-tiba Ia mengeluhkan jantungnya sakit. Mama, kakak dan adikku beserta tetangga2 segera membawanya ke RS. Sampai disana tim medis langsung sigap menyiapkan alat-alat kedokteran. Pompa, kejut jantung, alat pernafasan, komputer detak jantung, dll. Jantung Bapak naik turun tak tentu. Mulanya masih tinggi, tapi lama-kelamaan turun drastis sampai akhirnya komputer detak jantung menunjukkan garis lurus. Hanya sejam Bapak di tangani tim medis, tapi nyawanya tidak tertolong lagi. Tim medis pun melepaskan semua alat-alat kedokteran, namun adikku masih berusaha menghembus napas Bapak melalui mulut ke mulut. Dia belum yakin Bapak telah pergi.
Tiba-tiba petir datang, hujan turun dengan derasnya. Sepertinya alam pun ikut berduka, merasakan sama seperti yang kami rasakan. Begitu cepat Bapak pergi.
Tuhan sangat sayang padanya, Tuhan tidak mau Bapak terlalu lama di dunia ini.
Tugas Bapak di dunia ini telah selesai. Bapak sudah senang di surga bersama Allah Bapa Penciptanya.
SAMPAI BERTEMU DI SURGA PAK!
Aku rindu Bapak.